membaca

Posted: 19/11/2012 in coretan_Q
Tag:

Semakin banyak membaca, semakin terasa bodoh..#BersamaRintikHujan

Mengaji Tentang Perempuan

Posted: 27/10/2012 in coretan_Q

Bersama KH Husain Muhammad

Weekend kali ini tidak bisa keluyuran seperti biasanya. Ada undangan diskusi tentang seksualitas yang menarik untuk diikuti. Sabtu pagi tanpak cerah, cahaya sang surya sangat nikmat rasanya. Bagiku, hari itu sangat istimewa, bisa bertemu seorang Kiai yang khas, karismatik dan alim. Kiai Husain Muhammad, begitu publik mengenalnya. Kalangan akademisi tentunya tak asing pada sosok Kiai Husain, terutama bagi mereka yang fokus di kajian feminis.

Kiai Husain adalah seorang penulis produktif, karya-karya cukup banyak diantaranya: Islam Agama Ramah Perempuan, Fiqih Perempuan, Spiritualitas Kemanusiaan, Mengaji Pluralisme keapada Mahaguru Pencerahan, Sang Zahid, dll.

Konsentrasi beliau pada kajian feminis bagi saya cukup unik, jarang-jarang seorang kiai pesentren terlibat aktif memperjuangkan hak-hak kesetaraan perempuan. Perjuangan beliau sangat berisiko, banyak tantangan yang menghadang. Pernah suatu hari beliau diundang di salah satu pondok pesantren kemudian berdebat dengan pakar-pakar bahsu masa’il. Dalam perdebatan ini tidak face to face, tapi dikeroyok berjama’ah, kenang beliau yang diceritakan pada penulis.

Sambil menyeruput kopi, diskusi tentang perempuan cukup menarik. Saya tidak pernah bermimpi bisa ketemu langsung Kiai Husain. Selama ini saya mengenal beliau dari tulisan-tulisannya tentang perempuan. Perjumpaan ini begitu berkesan, ada motivasi tersendiri untuk terus belajar.

Pada diskusi itu ada pernyataan Kiai Husain yang menurut saya cukup menggelitik, kata beliau, “perempuan yang hanya disimpan di rumah saja, akan melahirkan generasi bodoh“. Ya, selama ini ada sebagian masyarakat memperlakukan kaum perempuan sebagai makhluk kelas dua atau istilah yang sangat popular “konco wingking“. Perlakuan semacam ini mestinya sudah tidak dianut lagi, karena perempuan juga punya hak untuk tampil di ruang publik sebagaimana laki-laki.

Sampai detik ini, di daerah tertentu, perempuan keluar rumah atau bekerja di ruang publik masih dianggap tabu. Peran perempuan hanya di rumah, melayani suami, anak dan kebutuhan rumah tangga. Anggapan semacam ini menurut saya akan terus bergeser, dan kaum perempuan akan mendapatkan akses publik yang lebih baik dari sebelumnya. Kemajuan jaman akan membantu kaum perempuan mendapatkan hak-haknya. Akses pendidikan, informasi dan teknologi akan lebih cepat merubah nasib kaum perempuan.

Perubahan nasib kaum perempuan ini harus terus diperjuangakan, sampai tetes darah terakhir. Kiai Husain juga mengatakan, “perjuangan kesetaraan gender adalah perjuangan peradaban yang membutuhkan waktu yang lama“. Pernyataan Kiai Husain bisa menjadi motivasi bagi kaum perempuan agar tetap konsisten memperjuangkan hak-haknya. Jangan pernah menyerah, karena badai akan terus datang. Bila kaum perempuan menyerah, nasib perempuan akan semakin buram. Penghalang perempuan untuk ambil peran publik bukan hanya datang dari kaum laki-laki, tapi terkadang dari kaum perempuan sendiri. Ada sebagian kaum perempuan yang menganggap ruang publik hanya akan membuat perempuan lupa akan tanggungjawabnya. Tantangan semacam ini harus menjadi motivasi tersendiri bagi kaum perempuan, karena menurut saya tidak ada perjuangan yang sia-sia.

Maguwoharjo, 27.10.2012

Maaf-maafan via Sms

Posted: 28/07/2012 in coretan_Q

Oleh: firman daeva*

Selasa, 10 Agustus 2010, saat terbenamnya matahari berakhirlah bulan Sya’ban, dan pertanda kita memasuki bulan suci Ramadhan yang penuh rahmah. Aura kesenangan diekspresikan dengan berbagai gaya dan warna. Di rumah-rumah masyarakat menyambut datangnya bulan suci dengan membersihkan rumah dan lingkungan masing-masing. Media (cetak maupun elekronik) juga tidak mau ketinggalan dengan banyak menyajikan berita-berita promosi tuk bulan Ramadhan. Tak lupa pula  mengucapkan selamat untuk para pemirsa. Kesenangan menyambut bulan suci sampai kita melupakan sejenak masalah-masalah yang  ada di sekitar kita. Begitu agungnya bulan Ramadhan sampai menempati tempat yang sangat istimewa di hati masyarakat Muslim.

Ada sisi menarik setiap menyambut bulan suci, masyarakat, khususnya anak muda yang menggunakan jasa teknologi. Banyak menyebarkan sms saling maaf-maafan layaknya idul fitri kepada teman sekolah, kuliah dan saudara-saudaranya dimana pun ia berada. Fenomena ini membuat penulis bertanya-tanya sampai saat ini belum menemukan jawabannya. Tapi biarlah pusing banget mikirin, yang penting niatnya baik. Baca entri selengkapnya »

Nurcholis Madjid lebih akrab dipanggil Cak Nur. Lahir di Mojoanyar, Jombang, 17 Maret 1939 Tumbuh besar di lingkungan keluarga religius menjadikan Cak Nur terbiasa permasalahan keagamaan. Selain belajar kepada orong tuanya, Cak Nur belajar di pesantren Rejoso Jombang dan Gontor Ponorogo Jawa Timur. Setelah dari pesantren beliau melanjutan kuliah di fakultas sastra dan kebudayaan Islam IAIN Syarif Hidayatullah tamat 1968. Cak Nur di kampus belajar dan masuk organisasi HMI yang dikemudian hari beliau menjadi ketua umum PB HMI selama dua periode (1966-1969 dan 1969-197.

Tahun ‘70-an Cak Nur dikenal sebagai sosok kontroversial, banyak gagasan-gagasannya dikecam oleh mereka yang tidak suka, selain itu banyak juga pendukungnya. Cak Nur adalah sosok yang sangat getol mengkampanyekan ide pembaharuan, tak peduli kecaman yang tujukan kepadanya. Beliau juga dikenal sebagai “Natsir Muda”, predikat ini bukanlah tanpa alasan, ide-idenya yang brilian membuat Cak Nur disamakan dengan M. Natsir.

Sering berjalan waktu Cak Nur terus menggulirkan gagasannya dengan menulis di berbagai media. Tidak hanya isu-isu agama yang menjadi fokus kajian beliau, politik, budaya, juga dibidiknya. Tulisan-tulisannya berserakan menjadikan Cak Nur sosok yang paling kontroversial di negeri ini.

Berkenalan Dengan Gagasan Cak Nur
Sebelum menjadi mahasiswa penulis telah mengenal Cak Nur, informasi yang didapat dari media maupun cerita-cerita dari seorang sahabat. Beliau sering menjadi berita nasional, apalagi saat beliau sedang sakit dan melakukan cangkok hati di Cina, setiap hari media memberitakan perkembangan kesehatan beliau.

Pada tahun 2004 sebelum Cak Nur sakit juga digadang-gadang menjadi calon presiden RI, tapi beliau mengundurkan diri dari konversi partai Golkar. Entah apa alasannya, yang jelas banyak kalangan menolak pencalonan beliau sebagai presiden, karena Cak Nur bagi mereka lebih pantas menjadi guru bangsa daripada presiden. Penulis juga mengamati perekembangan Cak Nur pada saat itu. Sedangkan informasi yang penulis dapat dari cerita orang-orang lebih banyak sisi negatifnya daripada yang baik-baik.

Penulis bersentuhan langsung dengan gagasan atau pemikiran Cak Nur dikenalkan oleh dosen yang pada saat itu membawa buku karya Cak Nur yang paling monumental, “Islam Doktrin dan Peradaban (IDP)”. Buku setebal 622 halaman ini merupakan kumpulan tulisan Cak Nur tentang nilai-nilai keislaman dan keindonesian, dll. Tepatnya tanggal 5 Juni 2008 dosen penulis meminjamkan buku ini pada penulis. Kata dosen penulis, fahami isi buku ini agar kita lebih terbuka dan memahami Islam tidak hanya simbol-simbol belaka tetapi memahami nilai-nilai universal Islam.

Penulis sangat terkesan terhadap buku ini, selain mengajak kita memahami kembali tentang keislaman yang telah kita anut sejak lahir (sebagai agama warisan). Beragama harus dengan kesadaran dan kepasrahan kepada Tuhan tanpa paksaan. Pandangan (pemahaman) kita tentang Islam tidak boleh sampai kita merasa benar sendiri dan menutup diri. Proses pencarian kebenaran harus terus-menerus dan tidak fanatik. Dalam buku ini Cak Nur menjelaskan: “halangan kita menerima kebenaran ialah keangkuhan kita sendiri dan belenggu yang kita ciptakan untuk kita sendiri. Seseorang disebut menuhankan keinginan dirinya jika dia memutlakkan diri dan pandangan atau pikirannya sendiri“.

Bagi Cak Nur, seorang yang menutup diri dan merasa kebenaran yang ia peroleh yang paling benar akan membawa dirinya tersesat. Biasanya orang yang seperti ini terseret pada sikap-sikap tertutup dan fanatik, yang sering bereaksi negatif terhadap sesuatu yang datang dari luar dirinya. Padahal, bukan tidak mungkin kebenaran itu muncul dari orang lain.
Penulis sangat tercerahkan ketika Cak Nur menjelaskan tentang Islam keindonesiaan yang memiliki karakter tersendiri. Mengikuti Islam ala Timur Tengah akan menghilangkan karekter Islam Indonesia yang telah kita miliki selama ini. Bisa kita lihat kelempok Islam tertentu yang menggunakan simbol Islam bercorak Timur Tengah, sangat kaku dan estrim. Islam hadir di Timur Tengah setting historisnya berbeda dengan Islam yang hadir di bumi Nusantara. Islam tidak menghilangkan budaya dan tradisi yang ada sebelum Islam hadir. Islam hanya mengikis budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Pertemuan budaya lokal dan Islam sangat lentur, tidak serta-merta menghapus unsur budaya yang telah ada. Yang harus ditiadakan dalam pandangan Islam menurut Cak Nur ialah praktik-praktik yang berlawanan dengan ajaran tauhid serta ajaran lain seperti ketidakpedulian kepada nasib orang yang tertindas dan perlawanan terhadap prinsip persamaan umat manusia. Dalam “IDP” Cak Nur menjelaskan:
Kedatangan Islam selalu mengakibatkan adanya perombakan masyarakat atau pengalihan bentuk” (transformasi) sosial menuju ke arah yang lebih baik. Tapi, pada saat yang sama, kedatangan Islam tidak mesti “disrupsif” atau memotong suatu masyarakat dari masa lampaunya semata, melainkan juga dapat ikut melestarikan apa saja yang baik dan benar dari masa lampau itu dan bisa dipertahankan dalam ujian ajaran universal Islam“.

Sebagai Muslim Indonesia yang dikenal sangat ramah sudah seharusnya kita menjaga kekayaan budaya dan tradisi yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Mengikuti Islam corak Timur Tengah justru akan membuat kita kehilangan idetitas. Bisa kita lihat akhir-akhir ini banyaknya kerusuhan atau konflik atas nama agama yang menurut penulis karena mereka meninggalkan kekayaan dan karakter yang dimiliki Islam Indonesia. Merasa paling benar sendiri sampai saudara sebangsa pun disakiti. Islam yang sangat menghargai hak setiap individu terlihat sangat menakutkan.

Sekian, Semoga Bermanfaat..!

Cinta yang Membebaskan

Posted: 18/03/2012 in coretan_Q

Sore itu cuaca Jogja mendung sedikit gerimis, tapi cuma sebentar gak pake’ lama. Aku bergegas pulang dari kampus dan leyeh-leyeh sejenak melepas lelah. Setelah lelah pergi aku melanjutkan pemburuan buku karya Pramodya Arok Dedes bersama sahabatku. Tak lama di toko buku, karena buku yang dicari sudah didapat, aku bergegas keluar dan mampir di Angkringan yang terletak di depan toko buku dan pinggir jalan raya. Pesan menu secukupnya sambil memandangi mesin-mesin lewat, dari barat ke timur, dari timur ke barat.

Saat asyik menikmati kendaraan lalu-lalang, dari sinilah cerita dimulai. Aku tak sadar dari sekian banyak kendaraan melintas sahabatku ada diantara mereka hendak menyebrangi jalan menuju toko buku. Sahabatku itu dipanggil dan menoleh menjawab dengan senyuman. Setelah motor masuk area parkiran ia menghampiriku dan juga ikut menikmati menu Angkringan yang sederhana penuh rasa. Karena lama tak bertemu tentunya saling bertanya kabar dan bertukar informasi sambil bercanda lepas. Ada yang ketawa lepas, ada pula yang tertawa malu-malu.

Saat sedang asyik berbagi cerita, hp selah satu sahabatku berdering mendapat sms dari sahabatnya, aku juga mengenal sahabat yang sms tersebut. Ya, karena kita tau sepak terjangnya bahwa ada “sesuatu” diantara mereka. Hp sahabatku yang di Angkringan ini diambil alih dan membalas sms agar ia mau merapat ke angkringan. Awalnya aku tidak percaya kalau misi ini akan berhasil. Berbagi cerita sambil tertawa lepas berlanjut dan membahas banyak hal tentunya. Sahabatku ingin masuk ke toko buku mohon pamit karena harus memcari buku untuk tugas kuliah katanya. Aku mencoba menahannya tapi tak berhasil, ia bergegas pergi masuk ke toko buku.

Aku kaget dan tak percaya, tiba-tiba sahabatku yang di sms tadi ada di depanku. Aku geleng-geleng kepala seakan tak percaya apa yang kulihat. Aku pura-pura tidak melihatnya dan sahabatku yang baru datang ini langsung masuk ke toko buku menusul sahabatku yang lebih dahulu masuk. Piuh..piuh, cinta yang tulus memang penuh pengorbanan, celoteh sahabat yang menemaniku nyari buku tadi.

Sahabatku melanjutkan celotehnya, bahwa laki-laki itu akan takluk pada tahta, harta dan perempuan. Aku hanya tersenyum tak menanggapi celotehnya karena menurutku tak semua benar. Pandangan semacam itu hanyalah peninggalan masa lalu yang butuh kita lihat dalam konteks saat ini yang lebih rasional. Menurutku, pandangan semacam itu untuk saat ini tidak bisa digeneraslisir, walaupun masih ada tapi itu hanya segelintir saja.

Kembali pada kisah tadi, menurutku cinta memang mampu merebut kebebasan individu seseorang, demi seseorang yang dicintai apa saja akan dilakukan. Tidak hanya waktu, harta, dan nyawa pun akan dikorbankan demi mendapatkan cinta sejati. Walau tak semua pengorbanan itu dibalas dengan yang diharapkan. Kasihan ya? :D
Ya, itulah cinta kadang sulit untuk dinalar, hanya bisa dirasa oleh pelakunya. Bila dua hati saling bertautan, kehidupan ini seperti hanya milik berdua saja. Sang pelaku seperti kehilangan kesadaran bahwa ia hidup dengan orang banyak tidak hanya berdua. Komunikasi tak pernah berhenti yang terkadang malah berlebihan dan sangat mengganggu aktivitas.

Cinta harus dibangun atas kesadaran dua insan yang saling berbagi hati. Tidak bisa dipaksakan apalagi sampai membelengku. Cinta harus dibangun saling terbuka tanpa sekat-sekat apa pun itu. Bila kita mencintai seseorang berlebihan, maka cinta itu sendiri akan seperti “berhala” bagi diri kita. Perlu diingat, cinta itu suci dan penuh kenikmatan, tergantung kita bagaimana mengemas dan meraciknya dengan indah dan penuh rasa. Kata terakhir dariku, cinta itu harus membebaskan, bukan membelenggu. Sekian, semoga manfaat! :)

(Yogyakarta, 28 Pebruari 2012)

Menabur Harapan

Posted: 18/03/2012 in coretan_Q

Setiap pagi datang itu adalah harapan. Kita punya kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik setiap mentari menyinari bumi. Sinar mentari adalah kekuatan untuk manusia agar terus berbuat sesuatu yang manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Bila kita mampu memanfaatkan kesempatan dari pagi hari hingga malam datang, sesuatu telah kita peroleh tanpa kita sadari. Setiap potensi yang kita miliki akan terus berkembang selama kita mau mengasahnya hari demi hari.

Setiap individu yang berpikir pasti punya mimpi atau harapan agar masa depannya cerah. Harapan inilah yang juga menjadi kekuatan hidupnya untuk terus berproses supaya lebih baik. Mewujudkan harapan memang tidak mudah, tapi kita harus terus berjuang untuk mewujudkannya. Tentunya pantang menyerah walau badai kehidupan terus datang menghampiri. Semakin banyak tantangan yang menerpa dan kita mampu melewatinya dengan kuat, semakin bertambah pula kualitas yang kita miliki. bila setiap malaslah kehidupan bisa kita selesaikan, akan menambah percaya diri (pe-de) kita dalam menjalani hidup.
Percaya diri dalam hidup itu penting, karena merupakan kekuatan tersendiri yang kita miliki. Apa jadinya bila kita menjalani hidup tanpa percaya diri? Saya yakin kita selalauminder berhadapan dengan orang lain. Oleh sebab itu, jadilah individu penuh percaya diri dalam segala kondisi, karena itu penting.

Menurut penulis, seseorang yang selalu percaya diri dalam menjalani hidup akan mudah mewujudkan harapannya. Dalam hidup, kita tidak akan melewati jalan yang mulus sesuai kita harapkan, pasti banyak krikil-krikil yang menjadi penghalang. Dan semangat hidup seseorang tidak selalu stabil, pasti pasang surut. Kadang kita butuh orang lain untuk memantik semangat yang lagi turun. Krikil-krikil kehidupan itu menjadi tantangan tersendiri dan sejauh mana kita mampu bertahan.

Penulis mengutip tulisan Prof. Dr. Musa Asy’arie yang cukup panjang tapi sangat berguna, agar kita tidak mati harapan. Kutipan ini diambil dari tulisan Prof. Dr. Musa Asy’arie dalam buku Islam Keseimbangan Rasionalitas, Moralitas, Dan Spiritualitas yang merupakan kumpulan tulisan beliau:

Dalam hidup kita tidak boleh kehilangan harapan, karena kehilangan harapan berarti kehilangan landasan hidup. Tanpa harapan, kehidupan runtuh, hancur berantakan dan tentu saja segera mati. Orang boleh kehilangan apa saja yang dimilikinya, tapi tak boleh kehilangan harapan, karena dengan harapan apa yang hilang mungkin akan datang kembali. Harapan mendorong orang bergerak, berbuat dan bernalar yang sehat memungkinkannya mendapatkan kembali yang hilang itu. Tanpa harapan kita sesungguhnya telah mati atau mayat yang berjalan“.

Sekian tulisan sederhana ini, semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Mari menabur harapan agar kualitas hidup kita lebih baik. Selamat Membaca! :)

(Yogyakarta, 22 Januari 2012)

Memotivasi Diri Sendiri

Posted: 18/03/2012 in coretan_Q
Tag:

Siang itu duduk di beranda sambil menikmati semilir angin dan membaca buku, sahabat baikku menghampiri dan duduk berdampingan ingin menikmati hembusan angin yang lembut tuk menghilangkan gerah karena dari pagi betulin komputer yang sedang rusak (sahabatku ini teknisi komputer berkelas). Aku pun meletakkan buku lanjut berbagi cerita. Diskusi mengalir begitu saja tak terasa sudah satu lebih jam lebih kita berbagi cerita. Tawa lepas membuat gaduh siang itu, seperti cuma kita berdua yang hidup di dunia ini. hahaha…

Aku membuka cerita, kujelaskan cara menghadapi masalah dan memaksa diri bangkit dari berbagai situasi sulit. Tips-tips yang pernah digunakan kutumpahkan semua, sahabatku ketawa termehek-mehek dengerinnya, ya memang kita sambil bercanda agar suasana tetap santai. Selain romantisme kita juga membincangkan masalah sosial yang lagi aktual. Beradu argument dan data menjadikan diskusi siang itu lebih berwarna. Diakhir bagian cerita, kutegaskan pada sahabatku saat situasi hati lagi tak nyaman, keluyuran, nongkrong (ngopi) bareng sahabat (orang-orang pilihan di sekitarku) adalah caraku mengobati rasa jemuh.

Giliran sahabatku berbagi cerita, situasi tetap santai agar tetap asyik menikmati semilir angin. Suasana siang itu terasa lepas tanpa beban. Beginilah asyiknya punya sahabat yang bisa diajak berbagi, hidup ini terasa indah. Selain mengomentari cerita-ceritaku yang kebanyakan merupakan pengalaman pribadi. Pada intinya kata sahabatku, memotivasi diri sendiri bisa dari mana saja kita peroleh termasuk dengan caraku di atas, tapi yang lebih penting kita harus bisa memotivasi diri sendiri. Tentunya hal ini sangat berat, tapi harus dicoba, celotehnya.

Memotivasi diri sendiri muncul dari diri kita sendiri tanpa melalui orang lain. Bila kita mampu melakukannya, kita akan jadi orang yang tangguh dan mandiri. Tidak suka menggantungkan sesuatu kepada orang lain, selama kita mampu lakukan sendiri, harus kita lakukan. Sikap semacam itu agar kita tidak manja, bisa berdiri sendiri. Walaupun pada saat-saat tertentu kita memang butuh bantuan orang lain.

Mendengar sahabatku bercerita, keningku berkerut dan berpikir agak serius mencoba mengurai makna celotehnya. Ya, siang itu betul-betul penuh warna dan isi. Berbagi cerita ringan yang serat dengan makna dan motivasi. Tidak sia-sia buku yang kubaca kuletakkan hanya untuk saling berbagi cerita. Kadang, diskusi dengan orang lain itu membuka memori dan melatih kepekaan kita. Ini opiniku, jangan terlalu serius membacnya.hehe…

Waktu tak terasa telah sore, aku pun bergegas membasahi tubuh agar tambah segar. Keluyuranku kali ini betul-betul sangat terasa, penuh kenangan dan makna. Kita harus bisa memanfaatkan hidup ini tidak hanya untuk diri kita, tapi juga orang lain. Karena “sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya“, demikian pesan Sang Nabi saw.
Tulisan ini hanya rekaman cerita ringan bersama sahabat seperjuanganku saat keluyuran, jangan terlalu serius membacanya. Anggap saja ini curhat dengan gayaku sendiri dan pembaca.hehehe…..
Selamat Membaca..!

MANFAAT MEMBACA DAN MENULIS

Posted: 31/10/2011 in coretan_Q

Saya teringat masa awal masuk kuliah saat dosen mengenalkan diri dan berbagi pengalaman kuliahnya di luar negri. Intinya memotivasi mahasiswa agar punya cita-cita yang tinggi dan menatap masa depan dengan optimis. Yang menarik dari motivasi dosen saat itu adalah pentingnya membiasakan diri untuk membaca dan menulis. Apa pun isi bacaan itu, tidak harus buku ilmiah, koran, majalah, dll. Membiasakan diri menulis walau hanya satu halaman dalam sehari. Ini kebiasaan dosenku yang kemudian hendak dituluarkan kepada mahasiswanya. Bagi saya ini bukan motivasi kosong, karena dosenku memang kutu buku dan penulis produktif, tulisannya banyak dimuat di jurnal-jurnal ilmiah.

“Membiasakan membaca dan menulis”. Butuh proses dan waktu untuk bisa membumikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kadang faktor lingkungan dan pergaulan juga sangat mempengaruhi karakter dan perkembangan seseorang. Bagi saya, bergaul dengan orang suka membaca dan menulis dapat mempermudah kita membiasakan diri untuk membaca dan menulis. Karena kita akan termotivasi oleh orang lain (sahabat) saat semangat kita turun dan goyah. Hal ini biasa terjadi pada setiap individu, terutama ketika ada masalah yang meghampirinya.

Banyak kutipan-kutipan motivasi terkait membaca, seperti “membaca dapat membuka jendela dunia”. Ini membuktikan bahwa membaca dapat membuka cara berpikir seseorang dan dapat menerima perbedaan pandangan dengan orang lain. Rajin membaca juga dapat menjadi pembeda seseorang individu yang berkuatias dan tidak. Hal ini bisa dilihat misalnya saat kita lagi sharing atau diskusi masalah-masalah tertentu, ia mudah nyambung dan punya landasan bila memberikan sebuah argumen. Berbeda seseorang yang jarang membaca, kadang banyak bicara tapi isinya sedikit dan tak punya landasan yang jelas, ini opini saya.

Budaya membaca seharusnya kita biasakan dari lingkup keluarga, mulai orang tua, anak-anak, saudara, dll. Bila kita mampu menciptakan budaya membaca dalam keluarga kita, tentunya dapat tercipta atmosfir yang menarik. Akan muncul insane-insam yang cerdas, berwawasan luas, tidak kolot dan mampu bergaul di dunia modern yang terus bergerak dengan cepat. Menurut saya, bagian dari mencerdaskan anak bangsa harus dimulai dari lingkup keluarga, tidak hanya dari pendidikan formal. Pendidikan non-formal (keluarga) akan lebih efektif menciptakan anak bangsa yang cerdas. Pekerjaan ini tidaklah mudah, tapi harus dicoba, saya optimis pasti bisa. Dan saya juga dalam proses membudayakan membaca dalam keluarga saya sendiri, dari hal-hal kecil memulainya, seperti mengajak adik ponaan ke toko buku (mengenalkan) dan membiarkan mereka mencari sendiri yang disuka.

Untuk saat ini, membaca menjadi pekerjaan yang jarang dilakukan, jangankan orang awam, kaum akademis pun sangat sedikit yang hobi membaca. Banyak dosen mengeluh melihat perkembangan mahasiswanya, dan hal ini bukan rahasia umum lagi. Pernah media memuat bahwa minat baca bangsa ini sangat rendah, jadi membutuhkan waktu lama untuk bersaing dengan negara-negara maju.

Alhasil, menulis dan membaca sebenarnya mudah, asalakan kita terus berusaha dan membiasakannya. Ketika kita sudah biasa, akan terasa ringan melakukannya. Bahkan, akan gelisah bila sehari saja tidak membaca buku karena tidak ada pengetahuan baru yang bertambah. Sebuah pepatah Cina mengatakan; “Setelah tiga hari tanpa membaca buku, omongan jadi hambar”. Menulis juga tidak kalah pentingnya, karena dengan menulis nama kita akan banyak dikenal orang, karena tulisan kita dibaca orang banyak. Mengabadikan hidup dengan menulis merupakan harta paling berharga yang diwariskan kepada generasi yang akan datang. Pemikir-pemikir hebat yang berhasil mengubah dunia merupakan bukti betapa pentingnya menulis dan bisa juga sebagai kontribusi kita untuk peradaban.

Menurut saya, membaca dan menulis akan berjalan berdampingan, karena apa saja yang telah kita baca akan menjadi inspirasi untuk menulis. Baik itu membaca buku atau alam sekitar kita. Marilah kita abadikan hidup ini dengan menulis. Saya kutipkan dari sastrawan Indonesia yang sangat terkenal Pramoedya Ananta Toer “Menulis adalah bekerja untuk keabadian”.

Selamat membaca, silahkan kiritik bila ada yang tidak berkenan di hati pembaca. Semoga Manfaat!

KAREPMULAH..!!

Posted: 17/09/2011 in coretan_Q

Saat hati sedang bergojolak, hidupkunmulai teusik, tapi hal ini membuat hidup semakin berwana. Saya dipaksa untuk berpikir lebih tuk menyikapi dan meracik kehidupan yang lebih menarik. Tentunya ini bukan pekerjaan mudah, tapi harus dihadapi dengan keberanian. Karena, bila kita lari dari masalah, sama saja kita masuk pintu kegagalan dengan cara ambil aman.

Beradaptasi dengan lingkungan sangat diperlukan, agar dapat memahami karakter dan budaya masyarakat. Hal ini memerlukan waktu cukup lama walau kadang ada juga yang mampu beradaptasi dengan cepat. Setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai kapasitas dan kualitas dirinya. Semakin tinggi kualitas seseorang, semakin cepat dan mampu ia berdialektika dengan alam sekitanya.

Seseorang yang apatis, akan tersingkir dari pergaulan, ini opiniku. Karena manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari orang lain, baik itu sebagai pribadi maupun makhluk sosial. Hidup berdampingan dan saling menolong adalah keniscayaan yang tidak bisa ditolak.

Banyaknya ketimpangan yang terjadi dikaranakan ketidakpedulian kita antarsesama. Hal ini mestinya kita hindari. Saya yakin, terwujudnya kehidupan yang harmoni bila kita saling bergandengan tangan untuk mewujudkannya. Bila kita bersikap apatis, seperti umumnya manusia-manusia modern yang hidup di perkotaan, tampak menonjol sikap individualistik daripda kebersamaan, walau pun tidak semua seperti itu.

Sikap karepmulah atau lho lho, gua gua harus kita kubur jangan sampai menjadi “virus” dalam kehidupan masyarakat. Bukannya tidak mungkin, sikap seperi ini dapat menimbulkan konflik yang dapat memecah persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Semoga Tuhan tidak mengizinkan hal ini terjadi. Amin.99X

BERKAH IDUL FITRI 1432

Posted: 06/09/2011 in coretan_Q

Lebaran tahun ini agak berbeda dengan tahun sebelumnya, lebih berwarna seperti pelangi. Kok bisa? Yo iso wae toh. Setiap individu yang berpikir, ia akan menemukan hal-hal baru sekecil apa pun itu. Hidup dinamis akan membuat kita lebih baik dari hari kemarin, itu pasti. Perbedaan penetapan hari raya oleh pemerintah membuat perdebatan menjadi semakin berwarna. Menurut saya bukan masalah benar atau salah, tapi inilah indahnya perbedaan. Membuat kita berpikir bersama.

Selain masalah diatas, lebaran kali ini yang membuat lebih berwarna adalah bertambahnya sahabat baru dari kalangan aktivis gerakan. Walaupun satu warna, tapi bertambah sahabat menambah wawasan dan membuka cakrawala berpikir lebih terbuka. Perbedaan kultur dan latar belakang pendidikan memunculkan dinamika yang menarik. Sharing berbagai hal yang dapat mempertajam sensitivitas terhadap realitas. Ini kesan pertama yang saya dapat dari sharing bersama para sahabat.
Sungguh terkesan mendapat sahabat baru tahun ini, bisa menjadi semangat baru untuk terus berkarya. Karena tidak semua orang punya kesempatan dan peluang yang sama dengan kita. Memang kadang kita tak tersadarkan. justru disadarkan oleh orang lain. Bagiku, belajar itu bisa kepada siapa saja tanpa melihat siapa dia dan latar belakangnya. Karena dengan begitu akan membuat kita akan kaya pengetahuan dengan beragam perspektif. Statement Imam Ali menarik untuk disimak, “lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan“.

Membuka diri dalam berinteraksi dengan orang lain dapat merekatkan emosianal dan memahaminya lebih mendalam sahabat yang kita kenal. Tentunya ini akan bermanfaat untuk kehidupan yang akan datang. Percaya atau tidak, jaringan akan memudahkan kita dalam menghadapi berbagai hal. Dari sinilah kita dapat saling membantu demi kepentingan bersama dan kemaslahatan publik secara umum.

Saya dituduh pendiam karana tak mau banyak bicara, dan tebakan ini salah. Karena diamku sengaja dibuat-buat agar lebih hati2 dalam bicara. Saya harus pelan-pelan memahami gaya bahasa dan dielektika para sahabat. Walaupun kita dilahirkan di kota yang sama, kota ini lebih dari 12 tahun saya tinggalkan. Jadi harus belajar pelan-pelan dan butuh waktu dan banyak interaksi lagi. Yang penting bagi saya, intensitas komunikasi yang baik akan mempercepat beradaptasi dalam bergaul dengan siapa pun.

Banyak hal yang dapat diambil hari raya tahun ini. Semakin membuka pikiran untuk lebih kreatif menghadai tantangan hidup. Tidak hanya dari keluarga sendiri bisa share, melainkan dari sahabat yang notabene aktivis yang tentunya lebih aktif mengikuti kegiatan sosial. Semoga saja bertambahnya sahabat pada tahun ini membawa berkah di kemudian hari. “Sahabat itu seperti bintang, walau jauh dia tetap ada“.
Semoga Manfaat, Selamat Membaca!